Senin, 10 Juni 2013

makalah Agama Mesopotamia n Babilonia


Agama Mesopotamia dan Babilonia
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
“Agama-agama Minor”

Dosen Pembimbing : Hj.Siti Nadroh, M.Ag




Disusun Oleh :


Firdan Bagus Prangesta
1110032100016

Muhammad Haikal Rahmatullah
1110032100011






PERBANDINGAN AGAMA VI/A
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENDAHULUAN

Ribuan tahun sebelum masehi (sekitar 3500 SM) di wilayah Irak telah berdiri beberapa kerajaan besar yang membangun peradaban dunia paling awal, seperti Sumeria, Akkad Assyiria dan Babilonia. Peradaban dunia paling awal berkembang didaerah Iraq sekarang khususnya di lembah sungai Tigris. Tahun 539 SM wilayah ini dikuasai kerajaan Persia tahun 331 SM Iskandar Agung (Iskandar Dzulkarnain) mengusir bangsa Persia dan pemerintahan Yunani berkuasa di wilayah ini. Orang Yunani menyebutnya Mesopotamia. Tahun 115 SM wilayah itu menjadi bagian dari kekaisaran Roma selama 500 tahun. Kemudian sebagian daerahnya dikuasai Persia daerah lain tetap dikuasai roma hingga datangnya Islam.

A.     MESOPOTAMIA
a.      Sejarah
Secara Etimologi Mesopotamia berasal dari Bahasa Yunani yang Artinya “Between the Rivers” yaitu Dua Sungai. Sungai yang dimaksud adalah Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Dilihat dari kondisi Geografi disebelah Utara Mesopotamia dibatasi oleh bukit-bukit, gunung-gunung batu, dan area pertanian. Sedangkan disebelah Selatan Mesopotamia dihiasi dengan rawa yang luas dan tanah tandus.[1]
Berabad-abad lamanya Mesopotamia telah menjadi pusat akulturasi terbesar yang pernah ada karena telah terjadi migrasi besar ke arah Mesopotamia dari berbagai arah seperti Arabia dan Mesir. Maka tidaklah heran jika Mesopotamia menjadi daerah yang memiliki banyak keragaman contohnya dalam hal Hukum, hukum yang berlaku adalah “hierarchies of deities” yakni hukum “Para Dewa” baik yang bersifat Indigenos maupun Imigran.[2]
Para ahli sejarah menjelaskan bahwa di Mesoporamia telah terjadi pertumbuhan kebudayaan yang melahirkan banyak perkampungan kemudian berubah menjadi kota-kota kecil disepanjang Mesopotamia seperti Erech, Eridu, Lagash, Ur, Nippur dan yang lainnya, ada yang menyebutkan sekitar  abad 3500 SM dan ada juga yang berpendapat sekitar 4000 tahun SM.[3] Akan tetapi sistem tata Negara baru terbentuk pada awal millennium ke-3 SM.
Jika dilihat time line Mesopotamia, maka daratan yang dikenal sebagai Iraq ini memiliki pola peradaban yang sangat panjang.
Waktu
Peradaban
3500 SM
Lahirnya Kota-kota kecil di Mesopotamia
(Bangsa Sumeria)
3200 SM
Huruf dan Gambar mulai dikenal (Piktografi)
3000 SM
Kelahiran Penulisan bahasa Sumerian
2800 SM
Kisah Gilgamesh
2600 SM
Lahirnya raja-raja di kota Ur
2400 SM
Tulisan-tulisan Kuno
2300 SM
Sumerian tergabung dalam kekuasaan King Sargon ( Bangsa Akkad)
2200 SM
Ekspansi Dinasti Akkad sekaligus masa kemundurannya
2100 SM
Ur menjadi Ibu Kota sekaligus Dinasti Baru
2000 SM
Dinasti Ur dihancurkan oleh Elamites dan Amorites
1900 SM
Bahasa dan penulisan Akkad mulai digunakan
1800 SM
Massa-masa Hammurabi
1600 SM
Babylonia direbut Bangsa Hitti
1200 SM
Bangsa Assyiria menguasai Mesopotamia
500 SM
Mesopotamia Bagian dari Bangsa Persia
400 SM
Alexander Agung menaklukan Persia
300 SM – 500 M
Tumbuhnya Kerajaan-kerajaan baru
600 M
Islam Masuk

Dari Timeline diatas dapat dilihat bahwa Mesopotamia memiliki tiga Peradaban bangsa besar yaitu :
1.      Bangsa Sumeria
2.      Bangsa Akkadia
3.      Bangsa Amori (Babilonia)
4.      Bangsa Assyiria[4]



b.      Perkembangan
1.      Bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria merupakan bangsa pribumi Mesopotamia mereka telah ada sejak 5000 SM, peradaban Sumeria berhasil kepada titik puncak pada tahun 2000 SM sekaligus abad kehancurannya, pada fase berikutnya Bangsa Sumeria bercampur baur dengan peradaban yang datang kemudian ke Mesopotamia semisal Akkadia, Babylonia (amori) dan Asyyiria.
Bangsa Sumeria terkenal akan kemampuannya dalam bidang agraris dan ternak hewan, selain daripada itu mereka mampu menciptakan teknik penulisan “paku”[5] sekitar tahun 3000 SM. Teknik pembuatannya dilakukan diatas lempengan-lempengan tanah liat yang kemudian dibakar, tulisan paku itu membentuk pola garis horizontal, vertical atau diagonal dan berakhir membentuk segitiga kecil. Dari tulisan inilah para peneliti sejarah menemukan lebih dari seribu lempengan tulisan paku yang menceritakan politik, sastra ekonomi hukum hingga keyakinan bangsa sumeria, Selain ahli dalam penulisan mereka pun ahli dalam masalah ukiran kayu. [6]

2.      Bangsa Akkadia
Bangsa Akkadia adalah bangsa semit yang berimigrasi dari Jazirah Arab ke wilayah Irak Tengah (Akkad) pada millennium ke-3 SM, masa keemasan Dinasti Sumeria berakhir dengan penyatuan wilayah kerajaan-kerajaan tersebut dalam satu kesatuan dibawah kekuasaan Raja Kish yang dikenal dengan masa Lugalzagezi.[7]
Seperempat abad setelah itu Munculah raja pertama dari Imperium Akkadia dia adalah King Sargon (Shargoni-Shar-Ali), ia mendirikan sebuah kota yang bernama Akkadah sekaligus menjadikannya Ibu Kota dari Mesopotamia. Secara teori peradaban Akkadia banyak dipengaruhi oleh peradaban Sumeria seperti perhitungan kalender tahunan berdasarkan bulan, hitungan bilangan, timbangan, jarak dan lainnya, bahkan bangsa Akkadia mampu membuat alat-alat dari bahan tembaga dan merakit kendaran perang.
Pada kenyataannya bangsa Akkadia tidak pernah mengenal tulisan, karena mereka terbiasa dengan tradisi oral (percakapan) akan tetapi lambat laun mereka mulai mengerti akan pentingnya sebuah aksara untuk menulis bahasa mereka yaitu Bahasa Arami.[8]

3.      Bangsa Assyiria
Bangsa Assyira adalah bangsa semit yang hijrah dari semenanjung Arab pada millennium ke-3 SM dan menetap disebuah tempat yang dikenal dengan (benteng Sharqat atau Asyur) diwilayah timur Laut Mesopotamia. Pada Masa Akkadia, Assyiria merupakan sektor politik dan kebudayaan Akkadia, barulah pada millennium ke-2 SM bangsa Assyria tampil sebagai kekuatan politik terbukti ketika mereka barhasil menundukkan bangsa Mitanni, Hitties, Alcahien.
Shalmaneser I adalah orang pertama yang mendirikan Negara Assyria (1206-1280 SM) putranya, Tukulti-Ninurta I, termasuk salah satu raja Assyiria yang paling terkemuka terutama ketika memerangi Babylon. Imperium Assyiria mencapai puncaknya selama pemerintahan Sargon II  karena kekuatan militernya tidak tertandingi.
Bangsa Assyiria dikenal sebagai bangsa yang pandai membuat kendaran, tank, dan berbagai alat pendobrak, selain dari pada itu gaya arsitektur Assyiria memiliki cirikhas tersendiri dan sangat Indah.

B.      BABILONIA
a.      Sejarah Babilonia
Term Babilon dalam bahasa Akkadia disebut “Babilani” artinya “the Gate of God” (Gerbang Tuhan/Dewa), namun pada kenyataannya Babilon berasal dari bahasa Yunani bentuk dari istilah yahudi yaitu “Babel”[9] yang sekaligus menjadi ibukota babilonia. Disebelah utara babilon berbatasan dengan Assyria, di sebelah Timur ada Elam, bagian Selatan berbatasan dengan Gurun Arab dan di bagian Tenggara berbatasan dengan Teluk Persia.[10]

Penduduk asli babilonia berasal dari bangsa Amori yaitu rumpun ras semit yang berimigrasi dari Jazirah Arab pada millennium ke-3 SM kemudian mereka menetap di wilayah yang dikenal dengan daerah Mari yang sebelumnya dikuasai oleh bangsa Sumeria dan Akkadia. Lambat laun bangsa Amori mulai menggerogoti imperium Akkadia dan berhasil mendirikan sebuah kota yang diberi nama Babylon, sekaligus ibu kota dari bangsa Amori, Sosok Samuabi sering disebut-sebut sebagi pendiri pertama Dinasti Amori pada tahun 1830 SM.[11]
Ada tiga periode dalam masa perkembangan dan peradaban Babylon yaitu :[12]
1.      The Old Babylonian Periode (2000-1595 BC)
2.      Midle Babylonian Periode (1595-1000 BC)
3.      Neo Babylonian Periode (1000-539 BC)
Dalam khasanah Islam Babylon disebut juga dengan Nama Baghdad jauh sebelum Islam masuk, para penulis modern umumnya cenderung mengakui nama itu berasal dari bahasa Persia yang berarti diberikan oleh Allah (Given By God) atau pemberian Allah (Gift of God) tetapi ada juga penulis lain yang menyebutnya berasal dari bahasa Aram, sebuah dokumen dari masa Hammurabi (raja babilonia 1792-1790 SM) menyebutnya Baghdad. Ini menunjukan Bahwa nama itu sudah digunakan sebelum Hammurabi, Nama itu tetap digunakan pada Zaman Islam.[13]

b.      Perkembangannya
Kehidupan dan peradaban bangsa Amori yang menjadi Cikal bangsa Babylon sangatlah berbeda dengan pola peradaban bangsa Mesopotamia lainnya, bangsa Amori mampu menciptakan sebuah model civil-peradaban baru hingga mencapai puncaknya pada masa Raja Amori yang terkenal yaitu Hammurabi (1728-1686).
Pada masa pemerintahan Hamurabi Babylon sangat dikenal oleh bangsa lain karena kekuatan ekspansi-militernya, Hamurabi berhasil menghalau orang-orang Elam (Iran) dan menguasai wilayah pegunungan diarah Utara dan Timur laut Mesopotamia. Tidak hanya itu Hamurabi terus berupaya memperkuat kekuasaannya dengan cara beraliansi dengan bangsa-bangsa kuat lainnya, dibidang pemerintahan ia pun membuat model Undang-undang yang mengatur tata kehidupan masyarakat dan kerajaan yang dikenal dengan istilah “Codex Hammurabi”. Disisi lain kuil-kuil tempat penyembahan pun dibangun oleh hamurabi, kesejahteraan para pendeta dan ahli agama juga turut menjadi perhatiannya.
Sepeninggal kekuasaan Hamurabi, Babylonia semakin melemah hingga pada akhirnya Bangsa Hitties yang berasal dari Asia kecil dan utara Syiria menyerang Babylon dan menaklukannya namun mereka kembali lagi ke Negara asalnya,  namun malangnya Babylon mendapat serangan kedua dari bangsa Khaskhi yang berasal dari pegunungan timur laut Mesopotamia sekitar tahun 1550 SM dan berhasil dikuasainya.
Setelah beradab-abad lamanya Babylon mengalami kekalahan dan dikuasai oleh bangsa Khaskhi, bangsa Assyiria dan Elam, akan tetapi ada saatnya dimana bangsa Babylon yang berasal dari suku Kaldan bangkit dan memberontak pemerintahan yang ada, saat itu bangsa Assyiria yang telah berkuasa. Gubernur Babylon Nabopolassar memanfaatkan kelengahan bangsa Assyiria paska kematian Raja mereka Ashurbanipal (Asshur-bel-nisheshu) sehingga berhasil merebut Babylon pada tahun 622 SM.
Pemerintahan Nabopolassar cukup mengesankan dimata Bangsa Babylonia karena berhasil memukul mundur dan menguasai Bangsa Assyiria dan Syiria berkat upaya aliansinya dengan bangsa Media, akan tetapi Masa Pemerintahan yang dianggap paling gemilang adalah periode kekuasaan Nebukadnezar putra dari Nabopolassar. Dimana pada masa pemerintahan Nebukadnezar telah terjadi pembangkangan dari Kerajaan Yehuda yang pada akhirnya Nebukadnezar melakukan penyerangan besar-besaran ke Yerussalem sekitar tahun 597 SM dan berhasil menawan Raja beserta puluhan ribu orang Yahudi. Peristiwa ini memang tidak membuat bangsa Yehuda kapok, sepuluh tahun kemudian mereka kembali membangkang terhadap pemerintahan Nebukadnezar hingga pada akhirnya Invasi ke-2 Nebukadnezar digalakkan sebagai buktinya ia berhasil menaklukkan Yerussalem, menghancurkan Haikal Sulaiman dan menahan 40.000 orang Yahudi dua diantaranya adalah Nabi mereka “Yehezkiel” dan “Daniel”.[14]
Sepeniggal Nebukadnezar Babylon dipegang oleh Amel Marduk anak dari Nebukadnezar, namun sayangnya  Marduk  terlalu lemah dalam memimpin sehingga Babylon jatuh ketangan Yahudi hingga akhirnya Babylon berhasil ditaklukan oleh Bangsa Pesia.

C.      KEPERCAYAAN BANGSA MESOPOTAMIA/BABILONIA
a.      Kerajaan Sumeria
Bangsa Sumeria adalah bangsa yang merintis peradaban Mesopotamia. Bangsa ini berkuasa sekitar tahun 3500 SM. Mereka berasal dari daerah di sekitar Teluk Persia. Bangsa ini menganut kepercayaan politeisme atau mempercayai adanya banyak dewa. Dewa-dewa tersebut, diantaranya, Uruk (Dewa Langit), Nippur (Dewa Bumi), dan Eridu (Dewa Air).

Dewa-dewa yang disembah dalam tradisi bangsa Sumeria
Dewa tertinggi dalam jajaran dewa-dewa Sumeria yang memilki peran dominan di seluruh Sumeria baik tentang ritual, legenda, ibadah adalah dewa udara, “Enlil”. Dalam literatur paling kuno Enlil dikenal sebagai “Bapak Moyang Para Dewa”, “Raja Langit dan Bumi”, serta “Raja Seluruh Bumi”. Para raja dan penguasa percaya bahwa Enlil-lah yang memberikan mereka kekuasaan dinegrinya. Dialah yang membuat negara makmur, berkat kekuatan Enlil pula, mereka dapat menguasai seantero negeri. Enlil juga yang menunjuk dan memberikan tongkat kekuasaan kepada raja yang menurutnya layak.[15] Selain itu dewa-dewa yang disembah oleh bangsa Sumeria diantaranya:

Dewa Danau, yaitu: Enki (Dewa Air dan Bumi), Aisuhi (Dewa Mendung), Dehuzi Apsu (Dewa Air Dalam), Nanshe (Dewa Ikan), Ninmar (Dewa Burung).

Dewa Kebun, yaitu: Nenazo (Dewa Pohon), Nenaqshazeda (Dewa Pemangku Aras), Damo (Dewa Tanaman).

Dewa Ternak, terdiri dari (Dewa-dewa sapi selatan), yaitu: Nanna (Dewa Bulan), Nanhar (Dewa Petir dan Hujan), Utu (Dewa Matahari), Nanson (Dewa Sapi), Anu (Dewa Langit). Dan  (Dewa-dewa pemeliharaan keledai di utara), yaitu: (Dewa Bumi Bagian Atas), Shulabi (Dewa Bumi Bagian Bawah), Maloleil (Dewa Malam), Assharji, Agim.
Dewa Ladang, yaitu: Enlil dan Ninlil, Ninurta (Dewa Angin), Maslamatai (Dewa Dunia Bawah Tanah), Nashaba (Dewa Bibit dan Biji), Pao (Dewa Tanaman Ladang dan Obat).
Ukiran dari tembikar yang menggambarkan kumpulan dewa bangsa Sumeria kuno seperti Dewa Enki. Air tampak mengalir dari bahu dewa Enki.

Upacara/ ritual keagamaan Bangsa Sumeria (Mesopotamia):
Pertama, ritual yang dimaksudkan untuk memuliakan dan mengagungkan Dewa serta memohon belas kasih, misalnya mempersembahkan hadiah berupa gandum, minyak binatang ternak dan lain sebagainya termasuk pula melakukan doa-doa dan upacara-upacara suci, kendati sebagian besar kebiasaan mereka terbentuk oleh ritual agama tersebut, terutama pujian-pujian kepada dewa Enlil.
Kedua, ritual negatif yang dimaksudkan untuk menangkal bahaya dan untuk melawan musuh misalnya, menulis mantra, menulis jimat, melakukan praktik-praktik magis dan ilmu sihir yang dilakukan beberapa para normal yang mengkalaim bisa mengusir roh jahat.
Ketiga, ritual yang bersifat penangkal yang bertujuan untuk mengetahui berbagai peristiwa penting seseorang dimasa depan sehingga dia dapat mempersiapkannya. Ritual ini dilakukan dengan berbagai cara berikut ini dua diantaranya yaitu melalui anatomi hati binatang dan memantau pergerakan planet dan bintang. Bangsa Sumeria mempercayai bahwa nasib manusia ditandai dengan tanda khusus pada hati binatang. Pada saat bangsa Sumeria mempersembahkan korbannya kepada dewa di kuil maka peramal mengambil hati binatang tersebut lalu memeriksanya secara cermat, baik komposisi, bentuk, struktur, maupun kondisinya guna mendapatkan hasil berupa nasib yang telah digariskan takdir pada seseorang.
Sementara pemantauan terhadap planet dan bintang didasarkan pada keyakinan bahwa nasib manusia berkaitan dengan planet dan bintang tersebut. Prediksi nasib juga dapat dilakukan dengan memantau benda-benda angkasa dan pergerakannya. Pentingnya pengetahuan mengenai perbintangan membuat bangsa Sumeria melakukan pemantauan secara akurat dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang semesta dan segala hal yang berkaitan dengannya.

Kuil/ Tempat peribatan bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria melakukan ritual penyembahan di Zagora/Ziggurat yaitu kuil yang dibangun diatas bukit buatan dipusat kota berbentuk menara megah yang terdiri dari beberapa tingkat yang bagian luarnya dikelilingi jalan setapak menanjak dan melingkar hingga sampai kealtar yang berada paling atas. Sementara disisi kuil terdapat rumah dewa yang didalamnya hanya diisi patung-patung dewa, rumah-rumah paranormal dan para pekerja kuil, serta pusat perdagangan yang memamerkan kemegahan dan kemajuan kuil. Bangsa Sumeria membangun kuil-kuil yang megah dan indah di kota-kota mereka agar dewa menyukai mereka. Kuil-kuil tersebut mereka bangun sangat tinggi karena mereka percaya, semakin tinggi kuil semakin dekat mereka dengan dewa. Tinggi kuil-kuil tersebut mencapai 88 meter.
Ziggurat merupakan kuil yang dibangun dengan menara yang disusun berbata-bata dengan tujuan untuk menghubungkan Bumi dan Surga. Tujuan dari pembangunan Ziggurat adalah pusat belajar dan kegiatan agama.
Ziggurat : Kuil Mesopotamia kuno

Salah satu kepercayaan agama Sumeria adalah bahwa kehidupan dibumi adalah kehidupan hakiki, tidak ada kebahagiaan dan kesenangan setelah dibumi. Sementara kehidupan kedua mirip dengan kematian sekalipun bukan kematian yang sebenarnya, kehidupan tersebut adalah tempat kembali setiap manusia, tidak ada perbedaan antara yang baik dengan yang jahat siapapun tidak dapat mengelak hal itu, kecuali Dewa. Akibat kepercayaan inilah bangsa Sumeria enggan membangun tempat keramat yang mewah seperti raja firaun, mereka justru menguburkan orang mati dikuburan sederhana yang digali dibawah kamar rumah mereka atau dipemakaman umum dikota.

b.      Kerajaan Akkad (2300 SM)
Bangsa Akkad termasuk rumpun bangsa Semit yang berasal dari daerah padang pasir. Mereka bergerak dari daerah yang terletak di sebelah utara daerah Mesopotamia. Di bawah pimpinan Sargon, pasukan bangsa Akkad semakin bertambah kuat dan melakukan serangan serta berhasil menduduki daerah Mesopotamia dengan mengalahkan Kerajaan Sumeria.
Dengan kemenangan tersebut bangsa Akkad tidak lagi menjadi bangsa pengembara. Mereka mulai hidup menetap di daerah Mesopotamia. Walaupun bangsa Akkad berhasil memenangkan perang tersebut, tetapi mereka mengambil dan meniru kebudayaan bangsa Sumeria. Bahkan mereka berintegrasi dengan penduduk yang ditaklukkannya.
Bangsa Akkad memuja banyak dewa, dan juga memiliki cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan, seperti cerita tentang Adopa, Etana, dan Gilgamesh. Bangsa akkad juga menganut kepercayaan yang sebelumnya dianut oleh bangsa Sumeria. Meski demikian terdapat pula nama-nama dewa baru yang masyhur dikalangan masyarakat Akkadia seperti Najrusu dan Ishtar (Dewi venus). Orang-orang Akkadia juga menyembah api. Mereka menganggapnya sebagai sumber utama kehidupan dan kebaikan, keadaan (penyembahan api) ini terus berlangsung, bahkan hingga masa peraadaban Amori.
Penyembahan Dewa Matahari bangsa Akkadia dalam kuil spar

c.       Kerajaan Amori (1850 SM)
Kota Babylonia dibangun oleh bangsa Amori di bawah pimpinan Sumuabum. Letak Kota Babylonia dekat dengan Kota Kish. Bangsa Amori tampil sebagai penguasa baru di Mesopotamia. Raja yang terkenal dari Kerajaan Babylonia (Lama) ini adalah Hammurabi (1850 SM). Raja Hammurabi terkenal dengan hukumnya, yaitu Hukum Hammurabi.
Hampir setiap negara dan kota mempunyai dewa-dewa sendiri. Sungguhpun demikian ada tiga dewa yang penting yaitu  Anu (Uruk) Dewa langit, Ea (Eridu) Dewa air, dan Enlil (Nippur) Dewa bumi. Dari ketiga dewa itu Enlil yang paling berkuasa. Akan tetapi sejak bangsa Amori berkuasa, maka dewa bangsa Amori yaitu Marduk menjadi dewa yang paling berkuasa. Marduk adalah nama lain dari Shamash (Dewa matahari). Kedudukan Marduk  pun semakin penting. Orang Amoria percaya bahwa Marduk adalah dewa yang bijaksana. ia akan melindungi orang baik dan mnghukum orang jahat. Marduk  tidak saja menjadi dewa Babilonia, tetapi menjadi dewa yang paling berkuasa untuk seluruh mesopotamia. Marduk menjadi dewa utama bangsa-bangsa kassit, Asiria, khaldea, bahkan kemudian juga diakui oleh bangsa persia dan Masedonia (semasa iskandar agung).[16]
Bangsa Amori menjalankan kepercayaan mereka sebagaimana bangsa Sumeria. Mereka menyembah dewa-dewa Sumeria dan menjalankan ritual-ritual keagamaan Sumeria, masyarakat Amori juga membangun kuil-kuil menyerupai Ziggurat yang sebelumnya banyak didirikan dikota-kota Sumeria.
Sementara penyembahan terhadap Dewa Adad, yaitu Dewa Badai, Petir dan Hujan banyak tersebar disemua wilayah Asia kecil, lembah Mesopotamia, Syria dan Palestina. Dalam perjanjian lama dewa tersebut bernama Ramon bahkan Yahweh sendiri pada mulanya adalah nama untuk Dewa Badai dalam tradisi Ibrani awal. Yahweh bersama-sama dengan Adad bersekutu dalam beberapa sifat. Sementara itu Dewi Ishtar tercatat sebagai Dewi bangsa Semit yang paling terkenal. Ishtar banyak disebutkan dalam mitologi. Dia tidak punya tandingan lainnya sepanjang generasi. Ishtar adalah Dewi Cinta, Kecantikan dan Kebaikan, sekaligus sebagai Dewi Perang. Sejatinya menurut kepercayaan Sumeria, Dewi Ishtar adalah pewaris dari Dewi Inanna. Orang-orang Amori juga menyebut Ishtar sebagai Dewi Venus, bintang yang bersinar terang dikala pagi sebelum matahari terbit.

d.      Kerajaan Assyria (Assur)
Rasa keagamaan bangsa Assyria tidak mengakar kuat dalam diri mereka. Karenanya bangsa Assyria mengadopsi ibadah, ritual dan dewa-dewa bangsa tetangga, seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia dan Arami. Namun diantara semua bangsa tersebut, mereka unggul dibidang pembangunan dibidang kuil dan menara-menara menjulang tinggi. Selain itu mereka tetap menyembah dewa mereka yaitu Ashur yang dilambangkan dengan bulatan matahari bersayap. Lambang tersebut awalnya merupakan simbol asli bangsa mesir tetapi kemudian diadopsi oleh bangsa Hittites lalu diambil bangsa Assyria.
Menurut mereka Dewa Ashur serupa dengan Dewa Marduk dan Dewa Enlil bangsa Sumeria. Dewa Marduk menggantikan posisi kedua dewa tadi sehingga menjadi dewa utama dan dewa bangsa negeri itu. Dimata bangsa Assyria Marduk adalah dewa yang ikut bersama-sama raja mereka dalam pertempuran sengit melawan musuh-musuh negara. Ia memanah para musuh dan membuat mereka luluh lantak sehingga menciptakan kemenangan bagi bangsa Assyria. Pada saat itu menurut orang Babilonia Dewa Astarte adalah Dewi Cinta, Kesuburan dan Keindahan. Sementara Dewa Napo adalah penulis para dewa, sedangkan Dewa Adad adalah Dewa Badai, Guntur dan Hujan.
Sementara itu ritual bangsa Assyria hanya dilakukan oleh para pendeta yang memiliki ilmu sihir dan ilmu nujum (astrologi). Untuk itu mereka mendirikan berbagai kuil untuk para pendeta yang bisa menjaga gaya tradisional di Mesopotamia.

Sistem kepercayaan/ ajaran yang diyakini bangsa Mesopotamia/Babilonia:
Sejak masa Sumeria tidak pernah diriwatkan adanya iman terhadap alam lain atau terhadap hari perhitungan dan pembalasan. Mereka hanya meyakini jika ada seseorang yang lalai atau lupa untuk mengadakan doa-doa serta korban-korban, maka dewa-dewa akan membalas dosanya itu dengan suatu penyakit yang menimpanya dan yang tidak dapat disembuhkan daripadanya kecuali ia melakukan penebusan dan bertaubat yang dilakukan dikuil dan dipimpin oleh pendeta. Mereka mempercayai hukuman lain akibat lalai dalam mengadakan doa-doa dan korban yaitu akan mengalami kerugian berupa harta atau anak-anak atau keluarga dari orang-orang kesayangannya. Setiap bencana dari bencana-bencana tersebut  menjadi peringatan terhadap adanya dosa yang telah diperbuat atau terhadap kewajiban yang dilupakan, sehingga mendorong mereka untuk mengingat-ingat dan meminta ampunan kepada dewa.
Terkadang bencana yang datang yang disebabkan karena dosa seseorang tidak dirasakan hanya kepada satu orang saja tetapi semua orang ikut terkena imbasnya, maka merata pula siksaannya, seperti ketika dewa-dewa mengirim badai yang sangat besar ke Bumi atau penyakit yang menyerang orang-orang yang tidak bersalah karena dosa-dosa orang yang bersalah. Akan tetapi dosa-dosa tersebut memperingatkan manusia sebelum datangnya hukuman dan mengilhamkan para pendeta semata-mata untuk menafsirkan peringatan tersebut.

Kepercayan tentang dewa-dewa:
Secara umum dapat dikatakan bahwasannya Mesopotamia/ Babilonia adalah  penyembah dewa-dewa (politeisme). Selain itu masyarakat Babilonia mempercayai dewa-dewa dalam cerita peperangan. Peperangan yang diriwayatkan dari dewa-dewa yang terdahulu adalah pahalawan-pahlawan perang dari nenek moyang yang muncul dengan sifat-sifat dewa sesudah sifat-sifat kemanusiaan mereka hilang dari fikiran kemudian tingkah laku mereka dipengaruhi dengan gejala-gejala alam tertinggi dan oleh karena itu ia menghubungkannya dengan benda-benda angkasa dan benda-benda angkasa ini membawa nama-nama mereka yang sampai sekarang sebagian nama-nama itu masih dibawanya. Seperti “Marduk” yaitu dewa perang adalah planet “Mars” dimana ia telah mengalahkan “Tiamat” yaitu dewi gua-gua yang gelap.[17]
Orang-orang semit dan orang-orang sumeria sama pendiriannya tentang dewa-dewa besar seperti dewa cahaya yang orang-orang semit dinamai “matahari”, sedang orang Sumeria menamakannya “Anu”, atau tentang bintang Zuhara (Venus), dewi cinta yang orang-orang  semit menyebutnya “Ashtar” dan oleh orang-orang Sumeria disebut “Enanna” akan tetapi dewa-dewa Babilonia lebih banyak jumlahnya sehingga tidak bisa jika hanya disusun oleh kesamaan antara dua kaum yang berbeda saja, karena orang-orang Babilonia menaikkan bilangannya menjadi empat ribu dan menggabungkannya pula dengan lawan dewa-dewa tersebut.[18]
Orang-orang Babilonia mempercayai cerita peperangan tentang dewa-dewa tersebut terjadi sebelum diciptakannya dunia, seolah-olah mereka merupakan makhluk (dewa-dewa) yang tidak membutuhkan zat pencipta. Cerita ini diriwayatkan oleh Tiamat atau Dewa kegelapan. Akan tetapi dari cerita-cerita  ini sulit difahami bahwa “Tiamat” menciptakan dewa-dewa dengan kekuasaannya, karena menurut mereka ia adalah dewa kekacauan dan kebutaan. Mereka mempercayai bahwa dewa-dewa berkeliaran digua-guanya seperti berkeliarannya hantu-hantu ditempat-tempat gelap. Mereka menggambarkan dewa tersebut dalam salah satu ceritanya seperti menggambarkan manusia pertama dimana separuhnya ikan dan separuhnya lagi manusia.

Kehidupan setelah kematian:
Mereka tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian, perhitungan akhir, hukuman dan pahala. Karenanya perilaku hidup mereka tidak terpengaruh dengan kepercayaan tersebut. Begitu juga nilai-nilai moral serta hubungan sosial diantara mereka, tidak berkembang berdasarkan kepercayaan tadi. Mereka mengubur orang yang telah meninggal dibawah rumah atau dibawah lantai rumah. Dalam hal ini mereka mengikuti bangsa Sumeria.
Pada masyarakat bangsa Sumeria terdapat kepercayaan, bahwa manusia setelah mati akan hilang. Hal ini dijelaskan dalam cerita Gilgamesh. Cerita itu pada hakikatnya mempunyai kesimpulan bahwa hidup abadi di dunia ini tidak ada.

Kisah diciptakannya Bumi dan kubah angkasa
Anum (An), dewa langit telah mengalami kekalahan ketika berhadapan dengan tentara Tiamat dan baru menang sesudah seorang pahlawan kanak-kanak muncul dari air yaitu Marduk Dewa tentara dan penguasa peperangan. Kemudian Marduk menuju kepada Tiamat untuk dipotong menjadi dua bagian. dari separuhnya dibuatlah Bumi dan dari separuhnya yang lain dibuatlah kubah angkasa. Kemudian tawanan-tawanannya diikat dalam kubah tersebut, dimana mereka tidak bisa meninggalkannya kecuali dengan seizinnya. Dan ia mengangkat dewa-dewa yang disukainya kelangit.[19]

D.     KESIMPULAN
Berkembangnya kepercayaan di Mesopotamia berawal dari kepercayaan bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria memuja dewa-dewa yang menguasai alam, seperti Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi), dan Dewa Ea (Dewa Air). Ketiga dewa itu mendapat pemujaan tertinggi dari bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria juga menyembah Dewa Sin (Dewa Bulan), Dewa Samas (Dewa Matahari), dan Dewa Istar (Dewa Perang dan Asmara) serta masih banyak dewa-dewa lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu karena menurut kepercyaan mereka jumlahnya ribuan.
Bangsa Mesopotamia juga menyembah Tammuz (Dewa Tumbuh-tumbuhan) untuk memajukan pertanian. Dewa yang memiliki peranan penting dalam kepercayaan bangsa Sumeria adalah dewa yang berhubungan dengan terciptanya dunia, yaitu Dewa Marduk. Dewa Marduk juga merupakan  lambang usaha bangsa Sumeria di dalam menciptakan daerah pertanian.
Kepercayaan bangsa Sumeria ini terus berkembang dan dianut oleh masyarakat yang tinggal di daerah Mesopotamia. Tetapi ketika bangsa Persia menguasai daerah Mesopotamia, berkembanglah ajaran agama Persia. Kitab Suci Awesta ini merupakan firman-dewa dengan perantara nabi diturunkan kepada bangsa Persia.

Maha besar Allah dalam segala penciptaannya

E.      DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sami. “Atlas agama-agama” Jakarta: Almahira, 2010.
Al-‘Akkad, Abbas Mahmoud, Ketuhanan Sepandjang Adjaran Agama-Agama dan Pemikiran Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Sejarah Umum. Jakarta: 1979.
Ensiklopedi Islam Vol. 1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Matthews, Alfred Warren. “World Religions” Third Edition Canada: Wadshworth Publishing Company, 1999.
Noss, John B.  Mans Religions” New York: The Macmilan Company, 1949.
Sukardji, dkk., Perbandingan Agama. Jakarta: Azam, 1973.
www.mesopotamia.co.uk, The British Museum (di unduh tanggal 10 Maret 2013).
www.bible-history.com/historyofbabylonia/, (di unduh tanggal 10 Maret 2013).


[1] www.mesopotamia.co.uk, The British Museum (Di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[2] Alfred Warren Matthews, “World Religions” Third Edition (Canada: Wadshworth Publishing Company, 1999), h. 255
[3] John B. Noss, Mans Religions (New York: The Macmilan Company, 1949), h. 52
[4] www.mesopotamia.co.uk, The British Museum (Di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[5] Tulisan Paku merupakan model penulisan paling kuno didunia yang pernah dibuat oleh peradaban bangsa Iraq, para ahli sepakat menamakannya “tulisan bergamabar” (Piktografi) lihat Timeline Mesopotamia.
[6] Sami bin Abdullah, “atlas agama-agama” (Jakarta: Almahira, 2010), h. 373
[7] Sami h. 384
[8] Bahasa Arami adalah metamorphosis bahasa Akkadia yang bercampur dengan bahasa negri Syam Kuno (Kan`an dan Fenesial).
[9] Lihat Kitab Bible, Kejadian 10:10
[10] www.bible-history.com/historyofbabylonia/, (di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[11] Sami, h. 388
[12] www.bible-history.com/historyofbabylonia/, (di unduh tanggal 10 Maret 2013)
[13] Ensiklopedi Islam Vol. 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 214           
[14] Sami h. 404
[15] Samin bin Abdullah Al-Maglhout, Atlas Agama-Agama, h. 378.
[16] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Sejarah Umum (Jakarta: 1979), h. 26.
[17] Abbas Mahmoud Al-‘Akkad, Ketuhanan Sepandjang Adjaran Agama-Agama dan Pemikiran Manusia (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 91.
[18] Ibid, h 92.
[19] Ibid, h. 94.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar